![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEzUX2BKGxTsuipgStDEQrUmW96raifz9h5v-82O4zOL1NfhK2e0gI5Rp8fK6g_5qFAX658LaM7LWdltXBHsbv4WHeB3YSI-EqmoVcBxV08-dGGwWATUdHud0Gmr9riCSiAdHhwE_hSp9y/s320/BOqEGXaCMAAMB9o.jpg+large.jpeg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkqHKeSkoZVpFNmD8RnHyEnbxuvdFo7idAaSS36XkNWct0oZsx5N27AqgVptx6AQW7-dZjVFJHqTB5yIvTd3_bC6n3Zt65hzpj_SeZOjbgr9O7xkNufy8JNoJQPL9GGS64d173V17VPhX5/s400/BOp9rtxCEAI0mzv.jpg+large.jpeg)
Gunung Toba adalah gunung api raksasa (super volcano) yaitu gunung aktif dalam kategori sangat besar, diperkirakan meletus terakhir sekitar 74.000 tahun lalu.
Letusan Gunung Tambora jika dibandingkan
dengan letusan maha dahsyat Gunung Toba ini, maka Gunung Tambora
tidaklah ada apa-apanya. Apalagi jika dibandingkan dengan letusan Gunung
Kratakau yang kalah jauh dengan Gunung Tambora.
Jadi, misalkan letusan gunung St. Helen
di Washington USA yang meletus tahun 1980 mempunyai angka letusan pada
skala 1, maka gunung Krakatau yang meletus tahun 1883 berskala 18, atau
18 kali lebih besar (1:18).
Sedangkan jika dibandingkan dengan skala
gunung Tambora, letusan gunung St. Helen sangat jauh karena gunung
Tambora yang meletus tahun 1815 berskala 80, atau 80 kali lebih besar
dari letusan gunung St. Helen (1:80).
Apalagi jika letusan gunung St. Helen
dibandingkan dengan letusan gunung Toba yang terakhir, sekitar 74-75
ribu tahun lalu tersebut sangatlah drastis besaran skalanya yaitu 2800,
atau 2800 kali lebih besar dari letusan gunung St. Helen! Alias satu
banding 2800 (1:2800)
Letusan Gunung Tambora adalah letusan gunung terdahsyat yang pernah diketahui oleh peradaban manusia (baca artikel: Misteri dan Kronologi Meletusnya Tambora, Tiga Kerajaan Lenyap Seketika).
Dan letusan Gunung Krakatau adalah letusan gunung terdahsyat yang pernah tercatat di era zaman modern.
Sedangkan letusan Gunung Toba sama sekali tak tercatat di dalam buku, namun terlihat bukti-bukti ilmiahnya dimasa kini.
Bukti ilmiah
Pada tahun 1939, geolog Belanda Van
Bemmelen melaporkan, Danau Toba, yang panjangnya 100 kilometer dan
lebarnya 30 kilometer, dikelilingi oleh batu apung peninggalan dari
letusan gunung.
Karena itu, Van Bemmelen menyimpulkan,
Toba adalah sebuah gunung berapi. Belakangan, beberapa peneliti lain
menemukan debu riolit (rhyolite) yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia, bahkan juga sejauh 3.000 kilometer ke utara hingga India Tengah.
Beberapa ahli kelautan pun melaporkan telah menemukan jejak-jejak batuan Toba di Samudra Hindia dan Teluk Benggala.
Para peneliti awal, Van Bemmelen juga Aldiss dan Ghazali (1984) telah menduga Toba tercipta lewat sebuah letusan mahadahsyat.
Namun peneliti lain, Vestappen (1961),
Yokoyama dan Hehanusa (1981), serta Nishimura (1984), menduga kaldera
itu tercipta lewat beberapa kali letusan.
Peneliti lebih baru, Knight dan
sejawatnya (1986) serta Chesner dan Rose (1991), memberikan perkiraan
lebih detail: kaldera Toba tercipta lewat tiga letusan raksasa.
Penelitian seputar Toba belum berakhir
hingga kini. Jadi, masih banyak misteri di balik raksasa yang sedang
tidur itu. Salah satu peneliti Toba angkatan terbaru itu adalah Fauzi
dari Indonesia, seismolog pada Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika.
Sarjana fisika dari Universitas Indonesia
lulusan 1985 ini berhasil meraih gelar doktor dari Renssealer
Polytechnic Institute, New York, pada 1998, untuk penelitiannya mengenai
Toba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar